RSS

Monthly Archives: April 2015

KUASA TANPA BATAS

Renungan Harian Malam, 22 April 2015

Bacaan: Yesaya 40:25-31
NATS: [Allah] yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya (Yesaya 40:26)

“Mengapa bintang tidak jatuh dari langit?” Seorang anak kecil mungkin menanyakan hal itu, tapi seorang ahli astronomi juga menanyakan hal yang sama. Dan keduanya memperoleh jawaban yang pada dasarnya sama: Sebuah kuasa atau energi yang misterius menahan segala sesuatu dan mencegah jagat raya ini jatuh berantakan.

Ibrani 1:3 memberi tahu kita bahwa Yesuslah yang menopang segala yang ada dengan firman-Nya. Dia adalah sumber dari segala energi yang ada, baik potensi ledakan yang terdapat dalam sebuah atom atau air dalam ceret yang mendidih di atas kompor.

Energi itu bukanlah sekadar sebuah kekuatan yang tak berakal. Bukan. Allah adalah pribadi penuh kuasa yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, termasuk juga bintang-bintang (Kejadian 1; Yesaya 40:26). Dialah yang membelah Laut Merah dan membebaskan orang Israel dari perbudakan di Mesir (Keluaran 14:21,22). Dialah yang merancang kelahiran Yesus dari seorang perawan (Lukas 1:34,35), dan yang membangkitkan-Nya dari kematian serta mengalahkan maut (2 Timotius 1:10). Allah kita, satu-satunya Allah yang sejati, memiliki kuasa untuk menjawab doa, memenuhi kebutuhan kita, dan mengubah hidup kita.

Maka saat persoalan hidup begitu menekan, saat Anda menghadapi persoalan besar seperti Laut Merah, berserulah kepada Allah yang telah melakukan perbuatan-perbuatan ajaib dan menahan semua benda di tempatnya. Dan ingatlah bahwa tiada sesuatu hal yang mustahil jika kita bersama dengan Allah Yang Mahakuasa –Vernon Grounds

ALLAH LEBIH BESAR DARIPADA MASALAH TERBESAR KITA

 
Leave a comment

Posted by on April 22, 2015 in Renungan

 

Tags: , , , ,

MULUT YANG KOTOR

Renungan harian malam, 15 April 2015

Bacaan: Yakobus 3:5-12
NATS: Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan (Amsal 13:3)

Kata-kata saya tidak hanya akan berdampak pada orang lain, tetapi juga berdampak pada diri saya sendiri. Ketika saya mengucapkan kata-kata jahat, saya tidak hanya mengungkapkan dosa dalam hati saya (Lukas 6:45), tetapi juga memupuk dosa itu dan membuatnya bertumbuh. Yesus mengatakan bahwa bukan yang masuk ke dalam mulut, melainkan apa yang keluar dari mulutlah yang najis. Yakobus menyatakannya dengan kalimat lain, “Lidah … dapat menodai seluruh tubuh” (Yakobus 3:6). Lidah yang tidak dikendalikan akan merusak diri saya sendiri.

Di lain pihak, apabila saya menolak untuk menanggapi pemikiran yang kotor, tidak baik, dan sia-sia, itu artinya saya mulai mencekik kejahatan dalam jiwa saya.

Itulah sebabnya orang bijak dalam Amsal 13:3 mengatakan bahwa kita harus menjaga mulut kita. Ketika kita melakukannya, kita menghentikan kejahatan yang diam-diam menggerogoti akar jiwa kita. Apakah kita ingin mengakhiri kejahatan yang dengan mudahnya timbul dalam diri kita? Dengan bantuan Allah, kita harus belajar untuk mengendalikan lidah kita.

Anda mungkin berkata, “Saya sudah berusaha, tetapi saya tidak mampu mengendalikannya.” Yakobus sependapat bahwa, “Tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah” (Yakobus 3:8). Tetapi Yesus mampu. Mintalah kepada-Nya untuk mengawasi mulut Anda (Mazmur 141:3), dan serahkan kendali lidah Anda kepada-Nya.

Marilah kita menggemakan himne Frances Havergal: “Ambillah bibirku dan biarlah bibirku dipenuhi dengan kabar yang memuliakan-Mu” –David Roper

SIAPA MEMELIHARA MULUT DAN LIDAHNYA
MEMELIHARA DIRI DARI PADA KESUKARAN –Amsal 21:23

 
Leave a comment

Posted by on April 16, 2015 in Renungan

 

Tags: ,

KISAH BURUNG WARBLER

Renungan harian pagi, 4 April 2015

Bacaan: Roma 1:18-25
NATS: Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu (Mazmur 104:24)

Burung warbler yang mungil dan berleher putih, menghabiskan musim panasnya di Jerman dan musim dinginnya di Afrika. Ketika hari-hari semakin pendek karena pergantian musim, burung dewasa menuju ke utara, meninggalkan anak-anak mereka. Beberapa minggu kemudian, burung-burung muda itu terbang ribuan kilometer melintasi daratan dan lautan yang asing untuk bergabung dengan keluarga mereka.

Bagaimana mereka bisa menemukan tempat yang sama sekali asing bagi mereka? Eksperimen ilmiah menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan naluriah tentang garis bujur, garis lintang, dan kemampuan mengetahui arah dengan pedoman bintang. Allah memberi mereka kalender, jam, dan data navigasi yang diperlukan untuk terbang ribuan kilometer ke tempat induk mereka.

Para ahli evolusi mengatakan, dunia yang menakjubkan dan rumit ini terbentuk secara kebetulan. Namun, apakah itu lebih mudah diterima daripada percaya bahwa Allah menciptakan burung warbler yang menakjubkan ini? Bagi saya, anggapan bahwa semuanya itu terjadi secara kebetulan justru tidak masuk akal.

Hikmat Allah dapat dilihat jelas pada ciptaan-Nya. Hasil perbuatan tangan-Nya di alam semesta ini menyatakan dengan jelas akan keberadaan dan kuasa-Nya, sehingga Paulus menggunakannya sebagai argumen untuk menyatakan kesalahan manusia dan penghukuman. Ia menulis bahwa manusia tidak dapat berdalih untuk tidak beriman kepada Allah yang telah menciptakan semuanya itu (Roma 1:20).

Pencipta kita layak diakui dan dipuji! -DCE

ROHANI KITA BUTA BILA KITA TAK DAPAT MELIHAT
TANGAN ALLAH DALAM ALAM SEMESTA INI

 
Leave a comment

Posted by on April 6, 2015 in Renungan

 

Tags: , , , ,

MELEBIH-LEBIHKAN

Renungan harian siang, 6 April 2015

Bacaan: Yakobus 3:1-13
NATS: Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi (Amsal 28:13)

Seorang wanita berkata kepada pendetanya, “Saya punya kebiasaan buruk yaitu suka melebih-lebihkan. Saya suka membesar-besarkan cerita. Orang-orang lalu curiga bahwa ucapan saya tidak benar, dan mereka tak lagi mempercayai saya. Saya tengah berusaha menghilangkannya. Bisakah Anda membantu saya?”

Pendeta itu menjawab, “Mari kita sampaikan hal ini kepada Tuhan.”

Wanita itu pun berdoa, “Tuhan, Engkau tahu saya suka melebih-lebihkan cerita …” Sampai di sini, si pendeta menyela, “Sebut saja itu kebiasan berbohong, maka Anda akan bisa mengatasinya!” Wanita itu merasa sangat bersalah dan mengakui kesalahannya.

Kita sering memaklumi dosa kita dengan memberinya sebutan yang lebih mudah diterima. Sifat kita yang cepat marah, kita sebut “syaraf tegang”, kebohongan disebut “melebih-lebihkan”, ketidakjujuran disebut “bisnis bagus”. Untuk mengatasinya, kita perlu mengakuinya, jujur menyebutkannya, dan bertobat dengan tulus (Amsal 28:13).

Seorang pria datang ke dokter gigi untuk diperiksa. “Dengan lidah, saya merasa ada lubang besar di gigi saya,” katanya. Dokter itu lalu memeriksanya dan berkata, “Cuma lubang kecil.” “Kok rasanya besar?” tanyanya. “Lidah memang suka melebih-lebihkan,” jawab dokter. Kita mungkin tersenyum mendengarnya, tetapi bukankah kita cenderung melebih-lebihkan ucapan kita? Sesungguhnya, “lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar” (Yakobus 3:5).

Tuhan, ampuni kami bila menyalahgunakan lidah –Henry Bosch

MEMBESAR-BESARKAN KENYATAAN
SAMA DENGAN BERBOHONG

 
Leave a comment

Posted by on April 6, 2015 in Renungan

 

Tags: , ,

MENATA PIKIRAN

Renungan harian malam, 1 April 2015

Bacaan: Filipi 4:4-9
NATS: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)

Beberapa tahun yang lalu saya membaca sebuah kisah tentang seorang wanita kristiani berusia 92 tahun yang buta. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, ia selalu berpakaian rapi. Rambutnya selalu tersisir rapi dan ia berdandan dengan sangat cantik. Setiap pagi ia menyambut hari yang baru dengan penuh semangat.

Setelah suaminya meninggal pada usia 70 tahun, wanita itu merasakan perlunya pindah ke panti wreda supaya mendapatkan perawatan yang layak. Pada hari kepindahannya itu, seorang tetangga yang baik hati mengantarkannya ke panti wreda dan menuntunnya menuju ruang tunggu. Karena kamarnya belum disiapkan, maka ia menunggu di ruang tunggu dengan sabar selama beberapa jam.

Ketika akhirnya seorang petugas datang menjemputnya, ia tersenyum manis sembari mengarahkan alat bantu jalannya menuju lift. Petugas itu menggambarkan keadaan kamarnya kepadanya, termasuk gorden-gorden baru yang dipasang di jendela kamarnya. “Saya menyukainya,” sahut wanita buta itu. “Tapi Bu Jones, Anda kan belum melihat kamar Anda,” sahut petugas itu. “Hal itu tidak ada pengaruhnya bagi saya,” timpalnya. “Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Entah saya menyukai kamar saya atau tidak, hal itu tidak tergantung pada bagaimana penataan kamar saya. Itu tergantung pada bagaimana saya menata pikiran saya.”

Alkitab mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” (Filipi 4:4). Ingatlah selalu akan semua yang telah dilakukan Yesus bagi Anda dan bersyukurlah. Demikianlah seharusnya Anda menata pikiran Anda –David Roper

KEBAHAGIAAN HIDUP ANDA
TERGANTUNG PADA KUALITAS PIKIRAN ANDA

 
Leave a comment

Posted by on April 1, 2015 in Renungan

 

Tags: , , , , ,

KELINCI YANG KABUR

Renungan harian siang, 1 April 2015

Bacaan: Mazmur 139:7-12
NATS: Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Mazmur 139:7)

Margaret Wise Brown terkenal karena buku cerita anak-anak tulisannya yang sederhana, tetapi bermakna dalam. Salah satu favorit saya berjudul The Runaway Bunny (Kelinci yang Kabur). Buku itu berkisah tentang seekor kelinci kecil yang berkata kepada ibunya bahwa ia memutuskan kabur dari rumah.

“Kalau kamu kabur,” kata ibunya, “aku akan mengejarmu karena kamu adalah kelinci kecilku.” Selanjutnya sang ibu berkata, jika anaknya menjadi ikan di sungai, ia akan menjadi nelayan yang akan menangkapnya. Jika sang anak menjadi bocah lelaki, ia akan menjadi ibu manusia yang akan merengkuh dan memeluknya. Apa pun yang dilakukan anaknya, meski anaknya tetap bersikeras, sang ibu takkan pernah berhenti mengejarnya. Ia tidak akan menyerah dan meninggalkan anaknya.

“Huh,” kata si anak kelinci, “kalau begitu lebih baik aku tinggal di sini saja dan menjadi kelinci kecil Ibu.” “Nah, kalau begitu makanlah wortel ini,” sahut ibunya.

Kisah di atas mengingatkan saya akan perkataan Daud dalam Mazmur 139:7-10, “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.”

Marilah kita bersyukur kepada Allah atas kasih-Nya yang tak berkesudahan bagi kita. Dia akan terus-menerus hadir, menyertai, dan membimbing kita –David Roper

KE MANA PUN ANDA PERGI
ALLAH AKAN MENYERTAI ANDA

 
Leave a comment

Posted by on April 1, 2015 in Renungan

 

Tags: , ,