RSS

Monthly Archives: February 2015

ANGKAT BESI ROHANI

Renungan Harian Pagi, 27 Februari 2015.

Bacaan: 2 Samuel 22:1-7
NATS: Terpujilah TUHAN, seruku (2 Samuel 22:4)

Saya bertemu Noel untuk pertama kalinya ketika ia berada pada tahap awal program rehabilitasi para pecandu narkoba. Ia telah menerima Kristus sebagai Juruselamat dan ia pun telah menjadi murid Kristus yang beriman teguh. Suatu hari ia mengaku, “Saat pertama saya percaya kepada Tuhan, saya merasa tidak berdaya dan ingin bergantung kepada-Nya dalam segala hal. Namun sekarang setelah Dia membuat saya semakin kuat, saya justru takut kalau-kalau saya tidak lagi bergantung penuh kepada-Nya.”

Saya percaya Noel masih bergantung kepada Tuhan, tetapi bagaimanapun juga, saya ingin menenangkan dan meyakinkan hatinya. Jadi, saya berkata, “Noel, ketika seseorang akan memulai olahraga angkat besi, beban manakah yang harus digunakan pertama kali?” Noel menjawab, “Beban yang paling ringan.”

Kemudian, saya berkata lagi, “Sekalipun beban-beban itu berat, tetapi akan terasa lebih ringan jika otot dan persendian orang itu terlatih dengan baik. Lalu apa yang harus dilakukan orang itu?” Seraya tersenyum, Noel menjawab, “Menambah beban!” “Itulah yang sedang dilakukan Tuhan padamu,” jawab saya. “Beban yang kauangkat memang terasa lebih ringan sekarang, karena secara rohani kau merasa lebih kuat. Namun janganlah terlalu percaya diri. Tuhan akan terus menambah bebanmu untuk mengingatkan bahwa kekuatanmu terbatas. Kau tidak akan pernah lebih berkuasa dari Tuhan, karena itulah kau perlu selalu bergantung pada-Nya!”

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tengah semakin kuat sebagai orang kristiani? Apakah Anda masih selalu merasa perlu datang kepada Tuhan dan bergantung kepada-Nya? (2 Samuel 22:2-4) -JEY

KITA AKAN BERTUMBUH SEMAKIN KUAT
MANAKALA KITA BERGANTUNG PADA KEKUATAN ALLAH

 
Leave a comment

Posted by on February 27, 2015 in Renungan

 

BERHALA DALAM HATI

Renungan Harian Malam, 26 Februari 2015

Bacaan: 1 Korintus 10:1-14
NATS: Saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala (1Korintus 10:14)

Pada zaman Perjanjian Lama, penyembahan berhala mudah dikenali — tarian mengitari lembu emas, sujud menyembah patung Baal. Bahkan saat Rasul Paulus menulis surat kepada pengikut Kristus di Korintus pada abad pertama, penyembahan berhala orang kafir dipraktikkan secara terbuka. Ia memperingatkan mereka agar menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan hal itu (1Korintus 10:14).

Penyembahan berhala masih menjadi suatu bahaya bagi umat Allah, walaupun kegiatannya tidak selalu terbuka atau kelihatan. Berhala biasanya lebih terselubung dan sulit dikenali, karena mereka mengisi tempat-tempat tersembunyi di dalam hati kita.

Jika kita ingin menyingkap berhala di hati kita, perhatikanlah pikiran-pikiran yang mendominasi, karena apa yang sering kita pikirkan mungkin telah menjadi suatu berhala. Apa yang terakhir kita pikirkan sebelum tidur, apa yang pertama kita pikirkan saat bangun, apa yang kita khayalkan sepanjang hari, semuanya berkaitan dengan benda atau sesuatu yang kita sayangi dan percayai. Setiap benda atau orang yang kita harapkan memberikan kepuasan, setiap sasaran atau keinginan kita yang telah menjadi lebih penting daripada Allah, semuanya merupakan “allah-allah” yang merebut kesetiaan kita dan diam-diam mengendalikan kehidupan kita.

Hanya Allah yang dapat memuaskan kebutuhan hati kita yang terdalam dan membuat kita benar-benar hidup. Itulah sebabnya kita perlu mengindahkan nasihat yang penuh kasih dari Rasul Paulus, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala” –David Roper

BERHALA ADALAH SEGALA SESUATU
YANG MENGAMBIL ALIH TEMPAT ALLAH

 
Leave a comment

Posted by on February 26, 2015 in Renungan

 

MENEPATI JANJI

Renungan harian pagi, 26 Februari 2015.

Bacaan: Mazmur 15
NATS: Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?. yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi (Mazmur 15:1,4)

Pada 1989, CBS memutar sebuah miniseri televisi berjudul Lonesome Dove (Merpati yang Kesepian). Kisahnya tentang dua mantan anggota Texas Ranger, yang menghadapi banyak hambatan selama menggiring sekawanan ternak ke utara, menuju Montana. Di kisah itu Kapten Woodrow Call berjanji akan memenuhi permintaan terakhir teman seperjalanannya, Gus McCrae, yang meninggal di perjalanan, untuk menguburkannya di Texas.

Selama perjalanan pulang dari Montana menuju Texas, Call kerap kali ditanya orang mengapa ia mau melakukan perjalanan berbahaya itu. Pada suatu kesempatan, Call mengatakan alasannya pada seseorang, “Saya telah berjanji padanya.” Kedua orang itu terdiam sesaat sambil bertatapan. Sang penanya berkata lagi, “Saya percaya, Anda akan menepati janji itu.” Call mengangguk dan melanjutkan perjalanan.

Ada kekuatan yang tampak jelas pada kepribadian Call saat itu. Keyakinan, perkataan, dan tindakannya merupakan kesatuan yang utuh. “Saya telah berjanji kepadanya,” menegaskan hal itu.

Pemazmur menggambarkan orang yang berintegritas sebagai orang “yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi” (15:4). Artinya, bila kita berjanji, kita harus siap menanggung segala risikonya. Jika kita menyanggupi untuk melakukan sesuatu, kita harus melaksanakannya. Jika kita berjanji mendoakan seseorang, kita harus memenuhinya. Jika kita berikrar untuk “mencintai, menghormati, dan menghargai sampai maut memisahkan kita,” kita pun harus menepati janji itu kepada pasangan hidup kita.

Menepati janji adalah suatu tanda dari kepribadian yang berintegritas -DHR

SATU HAL YANG DIBERIKAN DAN HARUS TETAP DIJAGA
OLEH ORANG KRISTIANI ADALAH JANJINYA

 
Leave a comment

Posted by on February 26, 2015 in Renungan

 

Ya atau Tidak ?

Renungan Harian Siang, 25 Februari 2015

Bacaan: Yohanes 5:24-40
NATS: Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yohanes 17:3)

Seandainya Allah memberikan kuis tentang kekristenan kepada mereka yang mengaku sebagai orang percaya, banyak yang akan memperoleh nilai baik. Mereka dapat menjawab “ya, benar” untuk pertanyaan seperti: Apakah Kristus mati bagi dosa-dosa Anda? Apakah Dia bangkit dari kematian? Apakah Dia akan datang kembali ke dunia?

Pendeta sekaligus penulis Bruce Larson mengatakan bahwa dari kecil ia dididik untuk menerima doktrin alkitabiah yang demikian. Namun akhirnya ia merasa Allah mengajukan beberapa pertanyaan baru: 1. Akankah kau mempercayai-Ku dengan segenap hidupmu, ya atau tidak? 2. Akankah kau menyerahkan diri pada gereja-Ku, ya atau tidak? 3. Akankah engkau melayani-Ku melalui hubunganmu dengan sesama, ya atau tidak? Hanya jika Larson menjawab ‘ya’ atas pertanyaan-pertanyaan ini maka Allah benar-benar nyata dalam hidupnya.

Kepada imam-imam kepala di zaman-Nya, Yesus berkata, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yohanes 5:39,40). Dengan kata lain Yesus berkata, “Kau dapat mengetahui semua fakta Kitab Suci, tetapi kau tidak mempercayai-Ku.”

Anda mungkin mengetahui berbagai kebenaran dalam firman yang tertulis, tetapi sudahkah Anda mengatakan ‘ya’ kepada Kristus, Firman yang Hidup? Jika belum, lakukan sekarang juga. Yesus akan mengubah pengetahuan Anda dengan pengetahuan baru yang mampu mengubah hidup –Joanie Yoder

MENGETAHUI REALITAS PENYELAMATAN SAJA TIDAK CUKUP
ANDA PUN HARUS MENGENAL SANG JURUSELAMAT

 
Leave a comment

Posted by on February 25, 2015 in Renungan

 

GRAFITI

Renungan Harian Malam, 25 Februari 2015

Bacaan: Lukas 12:13-21
NATS: Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu (Lukas 12:15)

Pendeta dan penginjil E.V. Hill pulang ke rumah Tuhan dan Juruselamatnya pada tanggal 25 Februari 2003. Sebagai pembicara konferensi, ia sangat digemari banyak orang. Tidak banyak orang yang memperoleh perhatian dan penghormatan dari berbagai kalangan masyarakat seperti dirinya.

Bertahun-tahun yang lalu, Pendeta Hill diundang untuk berbicara di sebuah gereja, di pinggiran sebuah kota besar di Amerika Serikat bagian selatan. Pada pembukaan khotbahnya, Pendeta Hill mengomentari perbedaan antara daerah pinggiran yang kaya tersebut dengan daerah perkotaan miskin tempat ia melayani. “Saya tahu apa yang kurang,” katanya. “Di sini tak ada grafiti sama sekali. Saya bersedia dengan sukarela membuatkannya bagi kalian. Saya akan mengambil seember cat dan berjalan mengelilingi kawasan kalian. Lalu saya akan menuliskan satu kata ini di atas rumah jutaan dolar dan mobil mahal buatan Eropa milik kalian: sementara. Hanya satu kata itu: sementara. Tak satu pun dari semua kekayaan itu bersifat kekal.”

Kita menikmati dan mengurusi harta kita, dan memang seharusnya demikian. Namun, Yesus mengatakan bahwa kita tidak boleh dikuasai oleh harta kita, karena semua itu tidak akan dapat dibawa ke dalam kekekalan (Lukas 12:15-21). Rumah hanyalah sebuah kotak tempat berlindung dari hujan dan panas; mobil hanyalah sebuah alat untuk membawa kita dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena kita tidak dapat membawanya saat kita meninggal dunia, sebaiknya kita melihat semuanya itu sebagaimana dilihat oleh E. V. Hill melihatnya: sementara –Dave Egner

UKURAN SESUNGGUHNYA DARI KEKAYAAN KITA
ADALAH APA YANG AKAN KITA MILIKI DALAM KEKEKALAN

 
Leave a comment

Posted by on February 25, 2015 in Renungan

 

BOSAN DENGAN MANNA?

Renungan Harian Pagi, 24 Februari 2015

Bacaan: Bilangan 11:1-9
NATS: Dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: “. Tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat” (Bilangan 11:4,6)

Sepasang suami-istri muda memutuskan pindah ke daerah Banff. Tempat indah itu ada di tengah pegunungan batu Kanada dan dikelilingi puncak-puncak gunung yang tinggi mempesona. Keindahan lereng gunung itu senantiasa berubah seiring dengan bergantinya musim: salju yang berkilauan, bunga-bunga hutan liar yang semarak di musim semi, atau daun-daun musim gugur yang keemasan.

Pada tahun-tahun pertama, setiap kali berjalan-jalan pasangan muda itu selalu berhenti sejenak untuk mengagumi keindahan daerah pegunungan tempat mereka tinggal. Mereka yakin tidak akan bosan menikmati pemandangan luar biasa tersebut. Namun ternyata lama-kelamaan mereka mulai tak peduli. Dan akhirnya, pemandangan itu menjadi hal biasa yang tidak lagi menarik .

Hal ini mengingatkan saya pada bangsa Israel. Tak lama setelah keluar dari Mesir, mereka berada di padang gurun dan mulai kekurangan makanan. Namun Allah mendengar seruan mereka dan secara ajaib memberi mereka makanan berupa manna untuk setiap hari. Awalnya mereka sangat terpesona dan kagum akan cara pemeliharaan Allah yang luar biasa. Namun beberapa waktu kemudian, mereka mulai bosan menerima makanan yang sama terus-menerus. Sesuatu yang sudah biasa mulai kehilangan daya tariknya.

Pernahkah Anda menjadi apatis dan meremehkan berkat-berkat Allah yang tercurah bagi Anda setiap hari? Jangan menganggapnya sebagai hal yang wajar atau yang sudah semestinya Anda terima. Ingatlah untuk selalu bersyukur atas pemeliharaan hidup dan kekuatan yang Dia berikan, dan atas kelimpahan berkat-berkat yang disediakan-Nya bagi Anda setiap hari -DCE

BILA KITA GAGAL MENGHITUNG BERKAT ALLAH BAGI KITA
BERARTI KITA MEMPERBERAT BEBAN HIDUP KITA SENDIRI

 
Leave a comment

Posted by on February 24, 2015 in Renungan

 

PEMIMPIN YANG RENDAH HATI

Renungan harian malam, 23 Februari 2015

Bacaan: 2 Tawarikh 10
NATS: Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus (Efesus 5:21)

Seorang pria yang bertemperamen lembut membaca buku tentang bagaimana menjadi orang yang tegas. Lalu ia memutuskan untuk mulai mempraktikkannya di rumah. Maka ia pun menerjang masuk ke rumah, menunjuk wajah istrinya, dan berkata, “Mulai sekarang saya adalah bos di sini, maka kamu harus menuruti kata-kata saya. Saya ingin kamu menyiapkan makanan enak dan air mandi buat saya. Kemudian, setelah saya selesai makan dan mandi, coba tebak siapa yang akan mendandani dan menyisir rambut saya.” “Petugas penguburan,” jawab istrinya.

Raja Rehabeam mencoba ketegasan yang serupa. Namun, hal itu justru membuat bangsa Israel berbalik melawannya.

Ketika ia naik takhta, rakyat memohon pengurangan beban pajak. Para penasihat yang lebih tua mendesaknya untuk memenuhi permintaan rakyat, namun teman-temannya yang masih muda menasihatinya agar bersikap lebih tegas daripada ayahnya. Karena ia menuruti nasihat teman-temannya, akibatnya sepuluh dari dua belas suku Israel memisahkan diri dan membentuk sebuah kerajaan baru (2Tawarikh 10:16,17).

Pemimpin yang baik tidak mengandalkan ketegasan yang mendominasi — baik di rumah, di gereja, atau dalam pekerjaan. Sebaliknya, mereka menyeimbangkan ketegasan itu (yang sesungguhnya bukan sesuatu yang salah) dengan prinsip saling merendahkan diri (Efesus 5:21). Mereka mendengarkan dengan rasa hormat, mengakui kesalahan mereka, menunjukkan kesediaan untuk berubah, dan menggabungkan kelembutan dengan ketegasan. Itulah kepemimpinan yang rendah hati, dan itu manjur untuk dilakukan! –Herb Vander Lugt

PEMIMPIN YANG LAYAK MEMIMPIN
ADALAH MEREKA YANG TELAH BELAJAR MELAYANI

 
Leave a comment

Posted by on February 23, 2015 in Renungan

 

NAMA BAIK ALLAH

Renungan Harian Siang, 23 Februari 2015

Bacaan: 2Samuel 21:1-14
NATS: Aku merasa sakit hati karena nama-Ku yang kudus yang dinajiskan oleh kaum Israel di tengah bangsa-bangsa, di mana mereka datang (Yehezkiel 36:21)

Nama baik Allah dapat dimuliakan atau sebaliknya menjadi buruk oleh karena sikap dan tindakan umat-Nya. Bacaan Alkitab hari ini menunjukkan realitas ini.

Selama masa pemerintahan Daud, Allah menghukum Israel dengan tiga tahun kelaparan karena pendahulu Daud, yakni Raja Saul, telah berusaha untuk membunuh orang-orang Gibeon (2 Samuel 21:1). Tindakannya itu melanggar sumpah yang telah dibuat antara Yosua beserta para penguasa Israel dengan bangsa Gibeon dalam nama “TUHAN, Allah Israel” (Yosua 9:18). Dengan demikian, nama baik Allah sedang dipertaruhkan.

Ketika Daud bertanya kepada bangsa Gibeon apa yang harus dilakukan agar ia dapat menebus kesalahan itu, mereka meminta tujuh orang dari keturunan Saul diserahkan kepada mereka untuk digantung. Alkitab tidak menyatakan bahwa itulah yang diminta Tuhan sebagai hukuman yang pantas bagi Saul, karena kematian anak-cucu Saul pastilah membuat Allah berduka. Namun, Dia mengizinkan eksekusi itu dilaksanakan agar perjanjian umat-Nya, yang dibuat atas nama-Nya, dapat diperbarui. Dari situ pulalah bangsa Gibeon akhirnya tahu bahwa Allah yang disembah bangsa Israel adalah Allah yang patut dihormati.

Sama halnya seperti bangsa Israel yang menajiskan kekudusan nama Allah dengan melakukan kekejian (Yehezkiel 36:22), kita pun dapat menajiskan nama Allah lewat cara hidup kita. Marilah kita teladani hidup Yesus sehingga kita dapat menghormati nama Allah –Herb Vander Lugt

KITA MENGHORMATI ALLAH BAPA KITA
SAAT KITA HIDUP SEPERTI PUTRA-NYA

 
Leave a comment

Posted by on February 23, 2015 in Uncategorized

 

MASA DEPAN YANG TAK TAMPAK

Renungan Harian Pagi, 23 Februari 2015

Bacaan: Lukas 12:13-21
NATS: Kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan (Filipi 2:15,16)

Ishak adalah seorang kepala keluarga yang berusia lanjut saat berkata, “Aku tidak tahu bila hari kematianku” (Kejadian 27:2). Hal tersebut juga berlaku bagi kita, baik kita masih muda atau sudah tua. Kita takkan pernah tahu kapan akhir hidup kita. Ini digambarkan secara jelas dalam suatu peristiwa di Perancis pada tahun 1965.

Seorang pengacara bernama AndrĂ©-Francois Raffray, bermaksud membeli apartemen milik Jeanne Louise Calment di kota Arles. Dalam perjanjian dikatakan bahwa pengacara berusia 47 tahun itu setuju dan bersedia membayar 500 dolar setiap bulan kepada Bu Calment yang berusia 90 tahun, atas hak menempati apartemen itu saat pemiliknya meninggal. Benar-benar persetujuan jual-beli yang menarik! Begitu pikiran sang pengacara. Namun ternyata Bu Calment masih hidup selama 32 tahun setelah itu, sementara Raffray hanya bertahan selama 30 tahun sesudahnya. Raffray meninggal pada umur 77 tahun, setelah membayar 184.000 dolar untuk apartemen yang takkan pernah ditempatinya. Kejadian itu mengharuskan istri dan ahli waris Raffray terus membayar setiap bulan kepada Nyonya Calment sampai ia tutup usia pada umur 122 tahun! Pada ulang tahunnya ke-120, Nyonya Calment berkomentar, “Terkadang seseorang keliru mengambil keputusan dalam membuat perjanjian.”

Peristiwa di atas adalah peringatan yang baik, bahwa tak seorang pun tahu hari kematiannya. Namun dapat saja terjadi, “pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu” (Lukas 12:20). Karena itu, betapa pentingnya memastikan bahwa kita sedang menuju hidup kekal. Anda dapat melakukannya saat ini juga dengan meminta Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat Anda -VCG

KRISTUS ADALAH JURUSELAMAT
SAMBUTLAH MASA DEPAN DENGAN SUKACITA

 
Leave a comment

Posted by on February 23, 2015 in Renungan

 

KIAT BERKEBUN

Renungan Harian Malam, 22 Februari 2015

Bacaan: Markus 4:1-9
NATS: Yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah (Markus 4:20)

Suatu hari, saya membeli sebuah buku tentang berkebun dan memperoleh sebuah nasihat yang bagus, “Rawatlah tanahnya, dan tidak perlu khawatir dengan tanamannya. Jika tanahnya bagus, setiap benih pasti berakar dan bertumbuh.”

Melalui perumpamaan tentang seorang penabur di dalam Markus 4, Yesus berbicara tentang betapa pentingnya “tanah yang baik”. Dia menyebutkan tanah yang baik untuk menjelaskan tentang orang-orang yang “mendengar” firman Allah, “menerimanya”, dan “berbuah” (ayat 20). Jika kita menjaga hati kita tetap lembut dan terbuka, maka firman Allah akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah.

Menurut teori berkebun, kehidupan ada di dalam benih. Dalam kondisi yang benar, benih itu akan bertumbuh sampai dewasa dan menghasilkan buah. Dengan cara yang sama, benih firman yang ditanam di tanah yang baik, yaitu hati yang terbuka, akan bertumbuh hingga karakter Yesus terlihat.

Bagi orang kristiani, kuasa kehidupan rohani berasal dari Roh Kudus yang berdiam di dalam hati. Jika kita membuka hati kita pada firman, disertai kerinduan yang dalam untuk menaatinya, maka Roh Kudus akan membuat kita bertumbuh dan berbuah (Galatia 5:22,23).

Kita tidak dapat membuat diri kita sendiri bertumbuh, sebagaimana kita tidak dapat memaksakan pertumbuhan benih di kebun kita. Namun, kita dapat memelihara tanahnya, dengan menjaga hati kita tetap lembut, terbuka, dan taat pada firman Allah. Maka akhirnya, kita pun akan menghasilkan buah kebenaran.

Tanah macam apakah hati Anda? –David Roper

HATI YANG TERBUKA KEPADA ALLAH
ADALAH TANAH TEMPAT BENIH FIRMAN ALLAH TUMBUH SUBUR

 
Leave a comment

Posted by on February 22, 2015 in Renungan